Makalah
Hidup Nyaman Dengan Perilaku Jujur
Smkn 2 Tuban
Tahun pelajaran 2016/2017
Guru pembimbing :
a.
Dahlan is’mail
Nama Kelompok :
1.Rizki Amalia
2. Rohmatul Usma
3. Siti Badrina Aulia
4. Suwarni
5. Tutut Nonita Sari
Daftar Isi
1. Kata
Pengantar………………………………………………………………..
2. Bab
1……………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang……………………………………………………………...
b. Rumusan
Masalah………………………………………………………….
3. Bab
2…………………………………………………………………………….
1.Pembahasan…………………………………….......................................
a. Pengertian Jujur dan
pentingnya perilaku jujur……………..........
b. Macam-macam
jujur…………………………………………………
c. Keutamaan
Jujur……………………………………………………..
d. Hikmah Dari
Kejujuran……………………………………………...
f. Pengaruh Jujur Dan Bohong Pada
Kehidupan…………………….
3. Bab 3…………………………………………………………………………...
1. penutup……………………………………………………………………...
Kata Pengantar
Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT. yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kelompok kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Hidup
Nyaman dengan Perilaku Jujur.” Kami mengucapkan Terima kasih kepada guru
kami yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat dengan para rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat Az-zumar ayat 33-34 yang artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT diatas bahwasannya jujur mempunyai kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT, juga dalam pandangan islam juga dalam pandangan islam serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga akibatnya yang baik, serta betapa bahayanya berbohong dan mendustakan kebenaran.
Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial sekarang bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter seseorang, sudah jarang kejujuran diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan keseharian seseorang. Bahkan sekarang kebohongan, lawan dari kejujuran malah secara tidak langsung diajarkan kepada anak-anak. Seorang guru disekolah dengan terang-terangan mengajarkan anak didiknya untuk bebohong, membiarkan anak didiknya mencontek ketika ujian, bahkan yang sangat memprihatinkan adalah sekarang banyak sekolah-sekolah yang mengkoordinasi pembelian kunci jawaban atas para siswanya sebagai jalan pintas dan sebagai bahan mencontek untuk menjawab soal ujian negara. Karena itu dalam makalah ini saya akan mencoba membahs tentang kejujuran.
II.RUMUSAN MASALAH
1.Apa pentingnya berperilaku jujur?
2.Apa keutamaaan berperilaku jujur?
3.Apa macam-macam sifat jujur?
4.Apa petaka kebohongan?
5.Apa hikmah berperilaku jujur?
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN JUJUR DAN PENTINGNYA
PERILAKU JUJUR
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
1.Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk
menyatakan sebuah kebenaran atau bisa dikatakan sebuah pengakuan akan sesuatu
yang benar. Semisal apabila ada seseorang yang menceritakan
informasi tentang gambaran suatu kejadian atau peristiwa kepada
orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang
seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Jujur memilik arti kesesuaian antara
apa yang diucapkan atau diperbuat dengan kenyataan yang ada.Menurut
al-Raghib,jumhur ulama’berkata : “ kebenaran atau kejujuran adalah bila sesuai
denagn realitas,sedangkan kedustaan adalah ketika berbeda dengan realitas”.
Ulama lain berkata : “kebenaran adalah apa yang sesuai dengan
keyakinan,sedangkan kedustaan adalah apa yang berbeda dengan keyakinan”.
Kejujuran (kebenaran) ialah nilai dari keutamaan yang utama-utama dan pusat
akhlak,dimana dengan keujuuran maka suatu bangsa menjadi teratur,segala urusan
menjadi tertib dan perjalanannya adalah perjalanan yang mulia.dengan ini
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk berlaku jujur,sebagaimana juga
AL-Qur’an memerintahakan kepada kita dalam firmannya Artinya :”Hai orang-orang
yang beriman,bertakwalah kepada Allah,dan bersamalah kalian dengan orang-orang
yang benar atau jujur”.(9/Al-Taubah 119.)Kebenaran(kejujuran)berada pada
ucapan,akidah dan perbuatan.
Imam Ibnul Qayyin berkata,Iman asasnya adalah
kejujuran(kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan.Allah mengabarkan bahwa
tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkan dari
azab,kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Kebenaran
(kejujuran) berada pada ucapan, akidah dan perbuatan. Kebenaran dalam
ucapan adalah ketika sinergi dengan isi hati atau realitas. Kebenaran akan
membawa anda berkeberanian bicara dan berkehati-hatian sebelumnya dan tidak
mengatakan tanpa dasar pengetahuan.
Ketika membicarakan tentang niatan maka jadikanlah
pembicaraan itu sejalan dengan niatan kita. Dan jika berjanji maka jadikanlah
niatan memenuhinya sebagai kawan setia kemauan. Janganlah meminta pemahaman
tentang sesuatu ketika anda sudah mengetahui dengan maksud membujuk orang-orang
yang mendengarkan.
Allah Swt. Memrintahkan
kepada kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan,sebagimana
firmannya: artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
allah,dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.(Q.S at-Taubah/9:119)
Kejujuran itu ada pada ucapan,juga
ada pada perbuatan,sebagaiman seorang yang melakukan suatu perbuatan,tentu
sesuai dengan ada pada batinnya.ketika berani mengatakan “tidak” untuk
korupsi,berusahalah menjauhi perilaku korupsi.jangan sampai mengatakan
tidak,kenyataannya ia melakukan korupsi.
Demikian juga seorang munafik
tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya
sebagai seorang yang bertauhid,padahal hatinya tidak.yang jelas,kejuuran
merupakan sifat seorang ynag beriman,sedangkan lawannya.dusta,merupakn sifat
orang yang munafik.ciri-ciri orang munafik adalah dusta,ingkar janji,dan
khianat,sebagaimana sabda Rasulullah saw.berikut ini: Artinya : “Dari Abu
Hurairah ra.dari Nabi Muhammad saw.bersabda “Tanda orang munafik itu ada
3,yaitu : Apabila berbicara dusta,apabila berjanji mengingkari,dan apabila
dipercaya khianat”(HR.Bukhari Muslim)
Artinya :’Allah berfirman,”inilah
saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya.mereka memperileh
surge yang mengalir dibawahnya sunga-sungai,mereka kekal didalamnya
selama-lamanya.
Allah rida kepada mereka dan mereka
pun rida kepadanya.itulah kemenangan yang agung.”(Q.S.al-Midah/5:119)
B.
MACAM-MACAM JUJUR
Penulis kitab al-Manazil mengatakan
bahwa jujur adalah istilah untuk mengungkapkan hakikat sesuatu yang berwujud
dan kejadian yang sesuai dengan kenyataannya. Makna lain kejujuran adalah
tercapainya sesuatu dengan sempurna, berikut kekuatan dan seluruh elemennya.
1. Jujur dalam berbicara.
Jujur dalam perkataan adalah bentuk kejmasyhur.Setiap hamba berkewajiban
menjaga lisannya , yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata
sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat
dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu.
Ketika hendak pergi berperang, Rasulullah saw. selalu menyembunyikan
maksudnya agar tidak terdengar oleh pihak musuh karena dikhawatirkan mereka
akan siaga untuk memerangi beliau. Rasulullah saw. Bersabda: "Tidaklah
(dikatakan) pendusta orang yang mendamaikan manusia, berkata baik, dan
menyampaikan (berita) baik." (HR Bukhari dan Muslim)
Seorang hamba wajib jujur ketika dia bermunajat kepada Tuhannya.
Misalkan jika dia berikrar, "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang
telah menciptakan langit dan bumi," tetapi ternyata hatinya tidak pernah
mengingat Allah swt.
dan sibuk dengan kepentingan dunia.
Itu berarti dia telah berbohong. Ini adalah perkara yang berkaitan dengan niat
yang tulus adalah fondasi setiap amal.
Setiap muslim dituntut untuk selalu berkata jujur, walau pun
bercanda. Rasulullah saw. Bersabda: "Aku akan menjamin rumah dipinggiran
surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walau pun (dalam posisi) benar,
dan (aku akan menjamin) rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang
meninggalkan kata dusta dalam keadaan bercanda, dan (aku akan menjamin) rumah
di surga yang paling tinggi bagi orang yang berbudi pekerti tinggi bagi orang
yang berbudi pekerti mulia." (HR Abu Dawud; hadits hasan).
Setiap muslim wajib jujur ketika berjual beli. Dengan kata
lain, dia harus berkata jujur, tidak menyuap dan tidak menipu. Tersebarnya
Islam di seluruh belahan negara Afrika, bahkan di seluruh pelosok dunia, disebabkan
oleh kejujuran orang-orang muslim dalam praktik jual-beli mereka. Orang-orang
non muslim takjub dengan kejujuran dan toleransi yang ada pada tubuh umat
Islam. Itulah yang menyebabkan mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Kini,
umat Islam. Kini umat Islam sangat membutuhkan etika dan transaksi yang telah
diatur oleh Islam demi mewujudkan kebahagiaan seluruh umat manusia.Kekasih
Allah swt. Ibrahim a.s., telah memohon Allah swt. agar menganugerahinya lisan
yang jujur. Sebagaimana firman-Nya :"Dan jadikanlah aku buah tutur yang
baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (asy-Syu'ara[26]:84)
Allah swt pun memuliakannya sebagaimana diceritakandi
dalam Al-Qur'an : "Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari
mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya
Ishaq dan Ya'acub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami
anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka
buah tutur yang baik dan mulia." (Maryam [19]:49-50
Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt. dengan doa tadi
agar bisa mendapatkan keampunan-Nya dan perantara yang dapat membantu seorang
hamba untuk beramal saleh. Allah swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan
barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan
kemenangan yang agung." al-Ahzab [33]:70-71). Sebagaimana dijelaskan dalam
beberapa kitab tafsir, maksud dari 'perkataan yang benar' adalah perkataan yang
jujur atau kalimat la ilaha illallah.
2. Jujur dalam niat dan kehendak.
Kejujuran bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika amalnya
tidak murni untuk Allah swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia
tidak jujur dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong, seperti kisah
tiga orang yang terdapat di dalam hadits berikut ini.
Rasulullah saw. Bersabda :"Sesungguhnya orang yang pertama kali akan
dimasukkan ke neraka adalah orang yang mati syahid. (pada hari Kiamat kelak),
dia akan dihadapakan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-nikmat (yang
telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan kepadanya, maka
dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu lakukan
terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang terebut menjawab, 'Hamba berperang di
jalan-Mu (untuk menegakkan agama-Mu) hingga hamba gugur sebagai syahid."
Allah berfirman, 'Kamu bohong,sebenarnya tujuan kamu berperang agar kamu
dikatakan sebagai pemberani (pahlawan) dan kamu sudah mendapat gelar itu.'
Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk memasukkannya (ke neraka).
Kemudian diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkan ke dalam api neraka.
Berikutnya, seorang laki-laki penuntut ilmu, lalu dia mengajarkan ilmunya
kepada orang lain, dan dia pun gemar membaca Al-Quran. (Pada hari Kiamat kelak,
dia akan dihadapkan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-nikmat (yang
telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan kepadanya, maka
dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, "Apa yang kamu lakukan
terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang tersebut menjawab , '(Hamba gunakan nikmat
tersebut) untuk menuntut ilmu, lalu hamba mengajarkan ilmu (yang hamba peroleh
kepada orang lain), dan hamba juga gemar membaca Al-Qu'ran ikhlas kerana
engkau.' Allah berfirman, 'Kamu bohong, sebenarnya tujuanmu menuntut ilmu agar
kamu dikatakan orang alim, dan tujuanmu membaca Al-Qu'ran agar kamu dikatakan
qari, dan kamu sudah mendapatkan (gelar itu).' Kemudian Allah memerintahkan
(malaikat-Nya) untuk memasukkannya ( ke neraka), lalu diseretlah wajahnya
(kepalanya) dan dilemparkanlah dia ke dalam api neraka. Selanjutnya, seorang
laki-laki yang dilapang-kan rezekinya oleh Allah dan Ia memberinya semua
jenisharta. (Pada hari Kiamat kelak), dia akan dihadapkan (kepada Allah untuk
dihisab), lalu nikmat-nikmat (yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia)
akan diperlihatkan kepadanya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya,
'Apa yang kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang tersebut menjawab,
'Ham-ba tidak pernah meninggalkan satu jalan (jihad) pun yang Tuhan kehendaki
agar (hamba) berinfak di jalantersebut, kecuali hamba berinfak dengan ikhlas
karena engkau. Allah befirman kepadanya, 'Kamu bohong, sebenarnya tujuan kamu
berinfak agar kamu disebut sebagai dermawan, dan kamu sudah mendapatkan gelar
itu.' Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk memasukkan (ke neraka)
lalu diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkan dia ke dalam api
neraja." (HR Muslim)
3. Jujur dalam berkeinginan
dan dalam meralisaikannya.
Keinginan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan
seseorang, "Jika Allah memberiku harta, akau akan menginfakkan
semuanya." Keinginan seperti ini ada kalanya benar-benar jujur dan da
kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merialisasikan
keinginan, seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah.
Tekas tersebut bisa terlaksana bisa juga tidak. Penyebab tidak terealisainya
tekad tersebut bisa saja karena dia memiliki kebuntuan yang mendesak, tekadnya
hilang, atau lebih mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan dengan hal ini
Allah swt. Berfirman : "Di anatara orang mukmin itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di anatar me yang
gugur, dan di ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak sedikit pun
tidak mngubah (janjinya)." (al-Ahzab [33]: 23)
Berkaitan dengan sifat jujur dalam menepati janji, Allah swt.
memuji Nabi Ismail a.s. dan memerintahkan kita agar meneladaninya. Sebagaimana
firman-Nya:"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ismail di dalam Kitab
(Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi."
(Maryam [19]:54)
4. Jujur dalam bertindak
Kejujuran dalam bertindak berarti tidak ada perbedaan antara niat
dan perbuatan. Jujur dalam hal ini juga bisa berarti tidak berpura-pura khusyu
dalam beramal sedangkan hatinya tidaklah demikian.
Salah seorang sahabat pernah berkata, "Aku berlindung kepda
Allah swt. dari khusyu munafik." Para sahabat yang lain bertanya,
"Apa yang kamu maksud dengan khusyu yang munafik?' Sahabat itu menjawab, "Itu
adalah jika kalian melihat gerakan tubuh khusyu, padahal tidak demikian dengan
hatinya." Muthraf berkata, "Apabila niat dan amalan seorang hamba
tidak berbeda, Allah swt. akan berfirman, 'Inilah hamba-Ku yang sebenarnya.'
Kejujuran adalah dasar keimanan dan syarat diterima amal dan ketaatan. Allah
swt. menjanjikan pahala dan kedudukan khusus bagi orang-orang yang senantiasa
bersikap jujur. Kejujuran adalah dasar keimanan dan syarat diterimanya amal dan
ketaatan Allah swt. menjanjikan pahala dan kedudukan khusus bagi oprang-orang
yang senantiasa bersikap jujur. Kejujuran adalah kunci setiap kebaikan, pembeda
antara orang yang beriman dan orang munafik, serta pintu dan jalan untuk sampai
ke derajat orang-orang yang jujur, yaitu derajat yang paling bagi makhluk
setelah derajat para nabi dan rasul."
1. Jujur dalam hal
keagamaan.
Jujur
dalam agama adalah derajat kejujuran tertinggi, seperti jujur dalam rasa takut
kepada Allah swt., mengharap ridha-Nya, zuhud, rela dengan pemberi-Nya, cinta
dan tawakal. Semua perkara tadi memiliki fondasi yang menjadi tolok ukur
kejujuran seseorang dalam menyikapinya. kejujuran juga memiliki tujuan dan
hakikat. Orang yang jujur adalah mereka yang mampu mencapai hakikat semua
perkara tadi dan mampu mengalahkan keinginan nafsunya. Sebagaimana dijelaskan
oleh Allah swt. di dalam firman-Nya: "Kebajikan itu bukanlah menghdapkan
wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan)
orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, nak
yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir),
peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan
orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa."(al-Baqarah [2]:177)
C.
KEUTAMAAN JUJUR
Sifat
jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan
bagi
si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi
di
dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat
orang-orang
yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Dapat
kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur
akan
dipermudah rezeki dan segala urusannya.
Contoh
yang perlu diteladani,
karena
kejujurannya, Nabi Muhammad saw. dipercaya oleh Siti Khadijah untuk
membawa
barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw.
akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang
dilakukan
Nabi akan mendapat kemudahan.Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong
akan dipersulit rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah
berbohong
akan terus berbohong karena untuk menutupi kebohongan yang diperbuat, dia harus
berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong sekali
kemudian sadar dan mengakui kebohongannya itu sehingga terputus
mata
rantai kebohongan. Kejujuran berbuah kepercayaan,sebaliknya dusta menjadikan
orang
lain
tidak percaya. Jujur membuat
hati
kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was. Contoh seorang
siswa
yang tidak jujur kepada orang tua dalam hal uang saku, pasti nuraninya tidak
akan
tenang apabila bertemu. Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran
anaknya,
runtuhlah kepercayaan terhadap anak tersebut. Kegundahan hati dan
kekhawatiran
yang bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit.
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran
merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak
tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi,
“Sesungguhnya kejujuran membawa
kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang
meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada
sesama.
Sifat jujur merupakan alamat
keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si
pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia
dan selamat dari segala keburukan.
Kejujuran senantiasa mendatangkan
berkah, sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam
dari Nabi, beliau bersabda,
“Penjual dan pembeli diberi
kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta
membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat
berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan
mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan,
maka akan terhapus keberkahannya.”
Dalam kehidupan sehari-hari –dan ini merupakan bukti
yang nyata– kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain,
rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk
bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan
kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia
dan akherat.
Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang
lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram
dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa aman,
apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang jujur, dan
alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik
berupa harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan
kesalahan atau kekeliruan, kejujurannya -dengan izin Allah- akan dapat
menyelamatkannya. Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya.
Jikapun terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan
dan kepercayaan. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati.
Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf),
melarang (dari yang mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia
disisi Allah dan sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai,
dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil,
muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari
riya’ mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah,
baik dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya
semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu
daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali
kepada Allah. Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan
celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul
dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan
keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup,
pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta
simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.
Seorang yang beriman dan jujur,
tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist
yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang
berikut,
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
(QS. at-Taubah: 119)
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat
bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan
yang paling besar.” (QS. al-Maidah: 119)
“Di antara orang-orang mukmin itu
ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di
antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS.
al-Ahzab: 23)
“Tetapi jikalau mereka benar
(imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.”
(QS. Muhammad: 21)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang
meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran,
(mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.”
D.
HIKMAH
DARI PERILAKU JUJUR
Beberapa
hikmah yang dapat dipetik dari
perilaku
jujur, antara lain sebagai berikut.
1.
Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak
takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2.
Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
3.
Selamat dari azab dan bahaya.
4.
Dijamin masuk surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.
E.
PENGARUH JUJUR DAN BOHONG PADA
KEHIDUPAN
Nilai-nilai kejujuran memang cukup sulit untuk diterapkan pada setiap
orang bila hatinya sudah dipengaruhi berbagai kepentingan dan keuntungan. Orang
yang sering berteriak-teriak tentang kejujuran saja ternyata banyak yang
berbulu musang. lidahnya bicara nilai-nilai kejujuran, namun pada saat lain
batinnya bicara kemunafikan. Lidah dan hati justru mudah mereka permainkan. Dan
memang dalam berbagai kehidupan sekitar saja mencari hal-hal jujur saja boleh
jadi sangat sulit, apalagi pada masa sekarang ini, mencari orang jujur, ibarat
mencari jarum ditumpukan jerami, sulit sekali!!!. Kejujuran saat ini sepertinya
merupakan harga yang sangat mahal dan langka untuk diketemui. Cobalah lihat
berapa banyak orang yang jujur dinegeri kita ini. Terjadinya krisis yang
berkepanjangan di negeri kita salah satu penyebabnya adalah kita sering
meninggalkan hal-hal yang jujur. Dengan ketidakjujuran mereka bangsa ini jadi
terpuruk, dengan ketidakjujuran mereka orang jadi tidak menghargai hukum,
Dengan ketidakjujuran mereka akhirnya moral tergadaikan. Yang paling mengerikan
adalah bahwa ketidak jujuran bangsa ini sudah menjadi sebuah kesepakatan baik
dalam bentuk lembaga maupun individual.
"Katakan yang benar walau terasa pahit", saat ini sangat sulit untuk
dijalankan, kita semua terbelenggu dengan sebuah keraguan dan ketakutan dengan
ungkapan seperti itu, ketika kita akan mengungkapkan sebuah kejujuran kita
pasti berfikir akan adanya sebuah resiko. Padahal bagi orang yang sering menerapkan
prinsip-prinsip kejujuran, biasanya mereka terlihat tenang dan damai, mereka
tidak berfikir akan resiko karena mereka tahu bahwa mereka benar, mereka juga
tahu bahwa prinsip seperti ini justru merupakan ajaran hidup yang dipuji oleh
Tuhan, buat mereka kejujuran harus ada, mereka merasa bahwa mereka tidak ada
beban sama sekali dalam hidup ini. Hidup dijalani apa adanya, mengalir seperti
air. Orang-orang yang terbiasa jujur justru banyak yang segan dengan
prilakunya, boleh jadi saat dia hidup tidak dipandang, namun setelah ia wafat
orang akan tersu terkenang akan kebaikan dirinya karena ia terkenal dengan
kejujurannya.
Pengaruh kejujuran bagi orang yang
menjalaninya dengan baik sangatlah luar biasa. Orang yang terbiasa hidup jujur
ketika akan melakukan kebohongan tentu akan berfikir akibat dari kebohongan
itu, minimal antara dirinya dengan manusia, lihatlah contoh negara-negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, semua maju dengan pesat dalam segala
bidang, padahal negara-negara tersebut ada yang tidak beragama, kenapa mereka
maju? karena mereka telah mengedepankan nilai-nilai kejujuran dalam hidupnya,
hanya mungkin yang kurang pada diri mereka hubungan dirinya dengan Tuhan.
Yakinlah bahwa dengan kita menjungjung tinggi nilai kejujuran hidup kita tidak
akan pernah gelisah, apalagi kejujuran itu sangat diagungkan oleh Tuhan. Ingat
para nabi diturunkan dimuka bumi ini semua diperintahkan oleh Tuhan untuk jujur
dalam mengungkapkan kebenaran, mereka dilarang untuk takut dalam mengungkapkan
kebenaran, karena takut adalah merupakan sikap yang buruk dalam menjunjung
tinggi sebuah kejujuran.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagai seorang muslim kita harus
menjunjung tinggi kejujuran walaupun kejujuran itu pahit dan kita senatiasa
bersikap jujur dimanapun,dalam keadaan apapun dan kepada siapapun.ingatlah
Allah SWT menyukai oraang yang senantiasa jujur. Dengan kita jujur maka kita
juga akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.Dan kita juga akan
memperoleh nikamt bukan hanya harta melainkan kebahagiaan didunia maupun
diakhirat
Kita juga bisa mencontoh para pencetus ide- ide islam modern yang rela
menyumbangkan pikirannya untuk memajukan bangsa dan Negara terutama untuk
memajukan agama islam.serta kita dapat menerapkan perilaku mulia diatas tanpa
ada kepalsuan didalamnya.